BOLEHKAH KITA JATUH CINTA (LAGI) ?

ELEGI.

Tidak ada yang aneh dari cerita ini. Iya, tidak. Selain hanya suara deram-decit gerbong kereta Matarmaja yang sayup sayup memaksa masuk ke dalam gerbong, ke dalam telingaku. Lalu siapa yang tidak jengkel bila suara-suara itu terus menghantui pikiranmu yang tengah berkecamuk? tentu saja Aku salah satu orangnya.

Sambil terus memandang jauh keluar jendela, aku hanya berusaha tegar diantara mata sembab yang tak henti-hentinya meneteskan air mata, sejak semalam. 

Where are You?
Sumber : Pixabay


"Aku harus ke Malang" Gumammku tipis. sambil menatap deret rumah yang berbaris rapi, mengular di sepanjang sisi rel kereta, sambil diselingi oleh hijaunya rumpun padi yang terhampar luas di sana. Ah, setidaknya mereka bisa menjadi pelipur lara, meski rasa yang tak karuan ini sesak juga di dada.

Juga Nur, ia yang tak hentinya kuhubungi sejak semalam.

"Nur, aku sudah ga kuat"

"Sabar Dana, Aku tahu perasaanmu sekarang, tapi berpikir dan bersikap tenang sepertinya bisa membantumu" ujarnya, pada pesan kami saling berbalas di layar handphone yang sedari tadi kugenggam.

Memang, melepaskan perasaan terhadap seseorang yang terlanjur memberi rasa di hatimu adalah hal yang sangat menyakitkan. Apalagi perasaan itu terlanjur tertanam diwaktu yang tidak singkat. Enam tahun.

Kenangan itu kembali mengelitik, saat Gunung besar yang gagah di luar sana tampak samar-samar  mengintipku dari balik jendela. Gunung yang selalu memberi cerita banyak pada perjalanan hati kami.

"Dana-Dono, loyo kali mukamu?"

"cepet itu lo anak-anak udah didepan, ga usah manja ya, puncak tinggal 5 menit itu lagi. semangat!"

kelakar dungil si Dul. Memang begitu laki-laki, selalu merasa superior dan paling kuat. Memangnya kita ga bisa apa istirahat sebentar? pikirku. Lagian lima menit yang ia ucapkan barangkali sudah  20 kali sejak kami memulai tanjakan penyesalan itu.

Air mataku menetes lagi.

Aku kembali bertanya "Tuhan kalau memang cinta mu itu untuk semua insan, mengapa aku yang sakit kali ini?" gumamku seorang diri.

Dan lagi, mengenang kisah-kisah kami yang tergores indah semasa menjadi kuli ilmu di universitas nyatanya memang sulit untuk dilupakan. Aku yang sedikit cerewet namun lembut dihadapannya. Dia yang  sedikit menyala dan berapi-api, kentara saat tensi diskusi meninggi waktu itu.

tapi aku merinduimu, lagi.

Pikiran selintas itu disambut oleh gawai yang begetar lagi.

"Dana, berkabar ya kalau sudah di stasiun?" Nur mengabariku lagi. aku tahu dia cukup khawatir dengan kondisiku yang telah kuceritakan padanya panjang lebar.

lagi aku bertanya, Sejahanam itukah cinta? kenapa kita begitu berbahagia pada mulanya dan sakit diakhirnya? siapa biang keladi pelakunya? 

Lalu lamat-lamat kulihat lagi, kertas merah jambu yang bercorak batik itu. Dengan arsiran katanya yang tegak bersambung, seolah-olah mengoceh padaku, "Mohon doa Restu" lalu bla-bla dan bersambung dengan "Turut mengundang : Suci wananda" dan bla-bla..

Ya, aku benci bla-bla, cinta dan kamu.


"Aku hanya ingin jatuh cinta padamu sekali lagi, lalu mati"

-Getah Damar-



Comments

yang lain dari getah damar