Buku "Seni Hidup Minimalis", cara ampuh untuk menyederhanakan hidup.
Minimalism.
Siapa sih yang ga mau hidupnya bebas dan tanpa beban? Rasanya semua orang ingin seperti itu. Termasuk saya.
Ingin hidup tanpa perlu memikirkan dan mempermasalahkan banyak hal. Termasuk mempersoalkan keinginan-keinginan yang tak tercapai dalam hidup, atau malahan pusing karena mempersoalkan sesuatu yang telah kita raih, namun nyatanya hal tersebut tidak benar-benar berarti juga. Termasuk barang-barang yang kita miliki.
Mungkin, semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan seandainya kita mau mencoba untuk menerapkan pola hidup minimalis.
Apa sih pola hidup minimalis?
Pola hidup minimalis adalah gaya hidup yang lebih menekankan penggunaan barang pada manfaat dan tujuan ketimbang sebagai pemuas keinginan saja. Pola hidup minimalis menekankan kita pada gaya hidup yang sederhana, berkecukupan dan tentunya penuh dengan rasa syukur.
Lalu gimana caranya untuk hidup minimalis?
Adanya banyak sumber yang bisa kita gali untuk belajar pola hidup minimalis. Salah satunya tentu saja buku.
Seperti pada tahun 2019 yang lalu, selepas menyelesaikan kuliah saya membeli sebuah buku yang berjudul "Seni Hidup Minimalis" Karya Francine Jay.
Ngopi sambil Baca. Memang pas! Sumber : Dok. pribadi |
Buku tersebut sebenarnya tidak ada niatan untuk saya beli. Namun karena warna kuningnya yang mencolok serta di letakan tepat di depan pintu masuk, alhasil saya pun tertarik juga untuk membelinya.
Seni Hidup Minimalis, Si-buku yang "Gurih".
Buku tersebut ditulis dengan bahasa yang ringan, renyah, dan ramah. Itulah gambaran yang saya dapat ketika membaca buku "Seni Hidup Minimalis". Saya tidak merasa bingung ataupun pusing untuk mencerna setiap kata dan kalimat yang dituliskan.
Dalam buku tersebut, Francine Jay menjelaskan beberapa point yang perlu dilakukan jika ingin menerapkan pola hidup minimalis. Namun secara umum ia membagi point-point tersebut ke dalam empat bagian besar. Yaitu, Dasar pemikiran pada bagian satu, Streamline pada bagian dua, Ruangan ke ruangan pada bagian ketiga, dan Cara hidup pada bagian terakhir.
Menurut Francine Jay, untuk menjadi seorang yang minimalis kita harus membangun pola pikir sebagai seorang minimalis terlebih dahulu. Bak sebuah perangkat komputer, kita harus memprogram ulang otak kita agar memiliki sebuah mindset yang kuat dalam menyikapi barang-barang yang kita miliki.
Kita diminta untuk mengenali fungsi dan tujuan dari barang-barang tersebut. Pada bagian yang pertama, kita juga diminta untuk mengendalikan perasaan terhadap barang-barang. Ia menjelaskan bahwa, dengan memiliki sedikit barang, kita akan terhindar dari stress yang mengganggu dan tentu saja, perasaan bebas dan merdeka akan lebih mudah kita rasakan. Selain itu kita juga diminta untuk melatih diri untuk menyukai tanpa memiliki, terhadap barang-barang kita. Haha, sepertinya kita sudah terbiasa menyukai tanpa memiliki, apalagi kalau bukan soal Si-doi.
Selanjutnya, jika pada bagian pertama kita berbicara mengenai mindset, pada bagian kedua lebih berbicara mengenai tindakan yang dibutuhkan untuk menerapkan pola hidup minimalis. Dalam memudahkan, ia membuat sebuah singkatan sebagai urutan yang harus dilakukan.
Ia menuliskan S T R E A M L I N E yang berarti,
Start Over - Mulai Dari awal.
Trash Treasure or Transfer – buang, simpan, dan berikan.
Reason For each Item – alasan untuk setiap barang.
Everything in its place – semua barang pada tempatnya.
All surface Clear - Semua permukaan bersih.
Modules – Ruang.
Limits – Batas.
If one comes in, one goes out - jika satu barang masuk, satu keluar.
Narrow Down – kurangi.
Everdays Maintenance – perawatan setiap hari.
Melihat kesepuluh bagian di atas, rasanya terlihat mudah. Namun belum tentu hal tersebut akan dengan mudah kita lakukan. Apa lagi bagi kita yang memiliki sifat cepat merasa bosan dalam menekuni sesuatu.
Akan tetapi ada beberapa point menarik yang bisa kita lakukan dan patut untuk dicoba, terutama bagi kita anak muda yang terlampau sering terpapar oleh budaya konsumtif. Salah satunya yaitu satu barang masuk, satu barang keluar.
Cara ini ampuh untuk mengendalikan diri kita terhadap hasrat untuk berbelanja. Misal, bila hendak membeli barang yang baru, kita harus kembali memikirkan apakah ada barang yang sejenis, yang bisa kita keluarkan dari rumah? jika tidak, kita bisa menahan niatan untuk membeli barang tersebut.
Contohnya saya. Biasanya bila hendak berbelanja sesuatu seperti baju, saya akan memilih pakaian mana yang harus dieliminasi terlebih dahulu, kemudian barulah saya bisa memutuskan untuk membeli baju tersebut sebagai gantinya. Maka point satu masuk satu, keluar berhasil saya lakukan.
Selain itu, saya juga berusaha melatih diri untuk bersikap “Tega” terhadap barang-barang yang sejatinya sudah tidak diperlukan dan pantas untuk disingkirkan. Apalagi barang-barang yang biasanya memiliki nilai ikatan emosional di dalamnya, seperti hadiah pemberian kerabat ataupun teman (termasuk mantan :D)
Bahkan Francine fay menjelaskan bahwa pemberian yang terbaik ialah pengalaman, dibanding memberikan barang. sudah sepatutnya kita merubah mindset untuk memberikan hal-hal yang bernilai seperti pengalaman kepada orang-orang terkasih, dibanding memberikan barang. Karena barang kelak akan rusak dan ditinggalkan. Benar bukan?
Pada bagian ke tiga, kita diajarkan untuk mempraktikan hal-hal yang sudah dijabarkan pada singkatan STREAMLINE. Bagian ini mengajarkan kita bagaimana menerapkan pola hidup minimalis pada masing-masing ruangan tempat tinggal kita. Seperti dapur, kamar mandi, kamar tidur, ruang tamu bahkan ruang digital yang kita miliki pun tak luput dari penjelasan Francine untuk dikelola. Ia menjelaskan tiga hal penting yang bisa dilakukan untuk mengelola ruangan-ruangan kita. Yaitu rapikan, simpan dan rawat. Begitu seterusnya Francine menjelaskan.
Setelah selesai merampingkan barang yang kita miliki, pada bagian yang terakhir kita diajak untuk melangkah lebih jauh dalam melaksanakan cara hidup minimalis. Kita diminta untuk memperkenalkan cara hidup ini kepada orang-orang terdekat, terutama keluarga.
Pertama-tama kita diminta untuk memberikan contoh betapa menyenangkannya menjalani hidup dengan barang yang lebih sedikit. Selain itu, dengan melibatkan seluruh anggota keluarga, kita sebenarnya sudah turut andil dalam hal menyelamatan lingkungan melalui pola hidup minimalis yang kita jalankan. Kita tidak perlu ribut-ribut menyoal tentang menyelamatkan bumi dengan segala macam tetek bengeknya. Namun, hanya dengan menjalankan hidup secara minimalis saja kita sudah turut andil dalam menyelamakan bumi dan lingkungan.
Namun bila dipikir, pola hidup minimalis rasanya tidak hanya berbicara tentang mengelola barang-barang yang kita miliki. Bahkan lebih dari itu, konsep yang sama bisa kita gunakan untuk mengelola pikiran dan perasaan yang ada di dalam diri kita. Hal-hal yang tidak membangun bisa kita singkirkan, sebaliknya hal-hal yang baik bisa kita simpan sebagi modal untuk menjalani hidup yang lebih baik. Seperti yang di bahas pada bagian buang, simpan atau bagikan (Trash Treasure or Transfer). Jadi kalau kamu, bagian mana pada "seni hidup minimalis" yang bisa kamu terapkan ?
"Hadiah terbaik adalah pengalaman"
-Getah Damar-
Duh ..., gak banget. "satu barang masuk, satu barang keluar."
ReplyDeletekelemahan saya, selagi bisa dimanfaatkan, belum dibuang. Tak heran, barang lama numpuk, rumah kayak kapal mau berangkat. Ha ha
iya bu, satu barang masuk-satu keluar. terdengar sederhana, tapi susahnya karena banyak perasaan yang tersimpan pada masing-masin barang kita. salam bu
DeleteA very good thought. Hope you have a nice day.
ReplyDeleteHei, thanks for visit my article
DeleteAccording to your article: A minimalist lifestyle involves living with fewer resources whether in terms of a house or possession. It sounds really good. Thanks.
ReplyDeleteYeah my friend. Being a minimalist is more valuable
DeleteUntuk skr ini aku menerapkan cara buang 1 barang jika ingin beli yg baru. JD tiap mau beli baju, misalnya 3 baju, ya hrs 3 baju di lemari harus disingkirkan. Utk ngasih tempat buat yg lain
ReplyDeleteAku tuh sebenernya pengen bgt bisa meniru orang Jepang mas. Tiap kali ke Jepang, dan stay di rumah2 mereka, aku ngeliat sendiri rumah di sana sangat minimalis, tapi terlihat fungsional. Efisien banget. Kliatan rapi, dan nyaman jadinya. Cuma memang blm bisa diterapkan di rumahku secara total, secara ada anak kecil yg masih suka ngeberantakin barang . Dan pak suami yg sedikit beda Ama aku. Dia justru suka koleksi barang trutama sepatu :(. Susah deh mau nerapin suatu hal, tapi partner ga sejalan 🤣🤣😅
Sama kak, saya juga lagi nerapin yang masuk 1 buang 1. Awalnya memang susah, tapi lama-lama kebiasaan juga. Dan memang kak sepakat sama orang jepang memang super duper disiplin banget. Apalagi masalah kerapian barang-barang dan lain-lain. Salam
DeleteSepertinya banyak temen blogger yang sudah mereview buku ini, termasuk Mas Supriyadi. Sebenernya aku kalau baca buku nonfiksi jarang Mas, karena dah terbiasa baca novel jadi kalau baca nonfiksi seringnya ngantuk
ReplyDeletetapi terlepas dari itu, sepertinya buku ini ingin menunjukkan bahwa opsi hidup dengan barang sedikit itu ada juga peminatnya dan sedang 'trend'. Kalau dipikir-pikir memang tergantung individunya sih. Ada yang senang suasana rumah lapang dan menyimpan sedikit barang, ada yang senang mengoleksi banyak barang, baik yang dalam rangka terpaksa maupun hobi. Kalau untuk modelan masih di kos atau sendiri memang akan lebih mudah ya mengelola barang seminimal mungkin.
Sepakat Mbak Mbul. Saya lebih suka keadaan kamar yang lenggang, karena bisa lebih tenang dan adem. Apalagi saya anak kos dan masih bujang. Hehe pengen melakukan penghematan juga sih. Salam
DeleteSeni hidup minimalis, sepertinya itu mudah ya, beli barang atau sesuatu sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan.😀
ReplyDeleteTapi sayangnya praktek nya susah, lihat tetangga naik NMax jadi pengin beli padahal sudah punya motor Beat.😂
Lihat teman boncengan sama bini muda, pengin juga punya bini kedua eh ~
Eh, Mas Agus. Wkwk selalu ngakak degh liat tulisan mas Agus. Iya ya, jaman sekarang orang-orang pada latah. Yang satu beli ini kita juga jadi pengen. Wkwk salam mas
DeleteGaya hidup minimalis ya Bang? Menarik nih untuk dicoba, meminimalkan barang yang kita punya dan lebih menitikberatkan kepada esensi barang itu sendiri.
ReplyDeleteTerima Kasih Bang
Kayaknya harus segera baca buku ini deh. Setuju banget konsep satu barang masuk, satu barang keluar meski pasti sulit jika dilakukan. Terima kasih sudah berbagi.
ReplyDelete