Apakah Kita sudah Benar-benar Merdeka?
Pikiran-Perkataan-Perbuatan
Semarak
kemerdekaan masih terasa pada Agustus kali ini, meski dibalut dengan suasana
yang terbatas akibat pandemi. Deret umbul-umbul, bendera serta pernak-pernik
merah putih masih menghiasi jalanan yang saya lalui. Nampaknya, semangat
kemerdekaan itu masih ada, meski dalam kondisi yang berbeda.
Celoteh
bocah-bocah gang pun masih sama riuhnya seperti dulu.
“Enak waktu
belum corona, Pak Las ngadain lomba masukin paku ke botol, saya juaranya” ujar
Agung, bercerita Panjang lebar, mengenang perayaan tujuh belasan, sebelum wabah
corona melanda.
“Eh, tapi waktu
aku juara mamaknya Dapit ga terima, aneh kan”
“Masa iya?”
“Iya,
disangkanya aku curang, padahal waktu itu aku sekali jongkok, pakunya langsung
masuk”
Bocah-bocah yang
lain menimpali sambil nyengar-nyengir, mengenang moment lucu saat perayaan tujuh
belasan kala itu.
Ya, sayapun
rindu dengan semarak kemerdekaan, seperti dulu. Rindu yang melihat anak-anak
kecil ramai riuh berkerumun memakan kerupuk, melakukan balap karung serta
melakukan perayaan-perayaan kecil lainnya yang menyenangkan.
Ada kalanya, saat
mengenang perayaan-perayaan tersebut, hati ini selalu terselip sebuah tanya
yang muncul “Apakah kita sudah benar-benar merdeka?”
Foto hanya pemanis. Stok lama yang dibongkar-bangkir (Saat di puncak sejati Gunung Raung-2018) . |
Batin pun merenung lebih dalam, serta kernyitan dahi semakin tegas bergaris, saat kita mulai memikirkan selarik tanya tersebut.
Pertanyaan yang pastinya
menimbulkan kegundahan, bila berkaca
pada kondisi negara saat ini. Pandemi yang tak nampak juga ujungnya, peraturan
penanganan yang acap kali berubah hingga membingungkan masyarakat. Belum lagi,
sikap kurang baik dari oknum pejabat yang tanpa malu-malu ‘mengutil’ bantuan
sosial yang sejatinya diperuntukan bagi masyarakat terdampak pandemi. Sungguh,
Tindakan yang benar-benar menyayat hati.
Memang membahas
permasalahan negeri ini seperti memasuki lubang labirin tanpa ujung. Akan tetapi
bukan berarti kita harus berlarut dalam sungut serta rasa putus asa terhadap situasi ini.
Menyikapi hal tersebut, saya pun
mengingat kembali secuil pemikiran yang dituliskan Stephen Covey dalam bukunya
yang berjudul “7-Habits of highly Effective People”. Ada dua lingkaran
yang ada dalam diri kita, yaitu lingkaran pengaruh dan kepedulian.
Sederhananya, lingkaran pengaruh adalah hal-hal yang dapat kita atasi, kuasai
dan rubah. Sedang, lingkaran kepedulian adalah hal-hal yang diluar jangkauan
kita, atau sesuatu hal yang sulit untuk dirubah
Kita mungkin
akan teramat susah memikirkan, bahkan merubah situasi negara sesuai dengan apa
yang kita inginkan. Teramat jauh jangkauan serta kecil daya kita untuk merubahnya.
Namun, ada hal yang bisa kita kuasai dan
rubah dengan mudah, yaitu diri kita sendiri.
Kita bisa memutuskan untuk lebih bersemangat mengejar mimpi, ketimbang mengomeli kebijakan-kebijakan aneh, yang nyatanya sulit untuk kita rubah. Kita bisa jauh lebih bertenaga untuk terus berkarya tanpa henti, dan memberikan yang terbaik, ketimbang habis-habisan menyesali keadaan yang sulit. Sederhananya, hal terbaik yang bisa kita rubah adalah diri kita sendiri.
Jadi, sudahkah
kita merdeka? Merdeka dari belenggu mimpi-mimpi yang hanya terpasung dalam
anggan. Mimpi-mimpi yang selamanya hanya
menjadi buaian tanpa pernah satupun ia terwujud.
Sekali lagi, sudahkah kita merdeka?
sebagai muslim merdeka plg utama adalah merdeka daripada hawa nafsu. seterusnya merdeka daripada sifat-sifat mazmumah. bila semua orang berjaya memerdekakan diri daripada semua ini barulah rakyat dan negara bebas dan merdeka dalam erti kata yang sebenar
ReplyDeleteWah, betul sekali itu kak. kita juga harus mereka dari sifat-sifat manusia yang penuh dengan hawa nafsu. Terimakasih kak
Deletesama-sama. #staysafe
DeleteMerdeka itu ada di benak masing2. Jika pikiran kita dipenuhi oleh hal negatif, artinya kita masih dikekang oleh masalah. Tapi jika kita berpikir positif menghadapi masalah dengan pikiran terbuka. Hati yanhg jernih, itulah kemerdekaan yang hakiki. Selamat pagi, ananda Supriadi. Selamat akhir pekan.
ReplyDeleteSelamat pagi kembali bu. Benar sekali, kemerdekaan yang kini patut kita perjuangkan adalah kemerdekaan pikiran dari hal hal yang tidak baik. Terimaksih ibu Nur
DeleteKalau sekarang ini kita lagi dijajah oleh makhluk yang tak terlihat yang membuat kita tidak bebas dan takut
ReplyDeleteuntuk berpergian ke mana-mana.
Wah covid nih kayanya. Betul bang, kita serasa tidak merdeka karena serasa diintai musuh yabg tidak kelihatan.
DeleteTumben mas Herman komentarnya bener, habis minum obat nih kayaknya.😄
DeleteLah bisanya gimana mas Agus haha
DeleteBiasanya ya memang bener kayak gitu.😆
Deletebiasanya dia pake bahasa tingkat tinggi alias bahasa qolbu mas hihihihi
DeleteSepertinya kita belum benar-benar merdeka.
ReplyDeleteKalo merdeka dari penjajahan sih sudah, tapi merdeka pangan belum soalnya kadang masih impor dari luar, apalagi kalo merdeka secara finansial, masih banyak hutang luar negeri.😂
MERDEKA!!!
Iya mas, memang dari penjajah kita sudah merdeka. Namun, dari berbagai hal yang membelenggu kita belum merdeka. Apalagi merdeka dari kasur empuk yang bisa-bisanya membuat kita males untuk bangun pagi. Hahaha. Salam sehat mas Agus
Deletehtang luar negeri yang bayar siapa ya hihihi
DeleteMbul sajalah yang bayar, soalnya habis dapat warisan banyak di wakanda.😆
Deletexixixi bisa jga kalau begitu mas Agus, biar uang warisannya ga sia-sia
Deletememang memerdekakan pikiran ini yang susah
ReplyDeleteapalagi banyak orang yang sambat di masa pandemi
Betul mas, secara lahiriah kita sudah merdeka. Namun sacara batin dan pikiran kita masih terpasung oleh ketakutan-ketakutan kita sendiri. Merdeka mas
Deletejadi ingat waktu masih SD aku ikutan lomba yang masukin paku ke botol ga masuk masuk hahahhaha...tapi lomba yang lain menang...lombanya diadakan di halaman mushola kampung aku mas, dan saat menang itu hadiahnya buku tulis sidu sepack udah seneng banget hihihi
ReplyDeleteWah bukunya Sidu, sinar dunia. Bukunya semua anak sekolah waktu itu. Ga tau kalau sekarang ya. Salam mbak mbul
Deleteayo mas supriyadi cerita pendakian di gunung raung juga...kayaknya seru tuh :)
DeleteEh, udah saya tulis dulu mbak. Awal awal ngeblog hehe. Wait saya tambahkan linknya ya
DeleteDitunggu postingan barunya, ananda. He he ....
ReplyDeleteOn going bu, sedang di proses hehe. Salam sehat bu
DeleteDitunggu postingan barunya juga, tapi lebih ditunggu kiriman pulsanya.😆
DeleteIya mas agus hehe. Eh pulsa, saya mau juga sepertinya. xixixi
DeleteThanks for sharing it ^^
ReplyDeleteYou're welcome
DeleteGreat Post! Especially, anti-vaccine people break the whole community's freedom in Covid-19 outbreak!
ReplyDeleteYa, hope this pandemic will be done. Thanks
DeleteGreat post! I'm your new follower. May you follow me back?
ReplyDeleteThank you and have a nice day.
Sure my friend. I will follow you. Thanks for visiting my blog
DeleteAku tiap ketemu tema ini selalu nggak tau harus menjawab apa karena apa yang dibicarakan panjang bener dan masing-masing individu punya pemikirannya masing-masing.
ReplyDeleteLalu, aku justru lebih tertarik kamu mengulas 7-Habits of highly Effective People ini deh kak. Kepo. Haha...
Halo Kak Einid, terimakasih sudah berkunjung. Oiya Buku karya steven covey ini memang sangat menarik dan berbobot. Orang seperti kak Einid, saya rasa sangat cocok dan harus membaca buku tersebut.
Delete*saya cukup berat membaca buku 7-Habits of highly Effective People , karena tidak hanya dibaca sekali lalu. Tapi banyak hal yang harus saya nalar ulang dan praktikan. Salam sehat kak Einid
gunung raung ni, kalau nak daki perlu apply license ke untuk foreign visitor?
ReplyDeleteSepertinya tidak perlu kak, yang terpenting ada seorang tour guide yang memandu semua aman. Semangat kak!
DeleteDüşündürücü bir başlık.
ReplyDeleteTeşekkür ederim arkadaşım
Delete