Mabok (laut) di Nusa Lembongan
"Pusing"
Kesibukan
akhir-akhir ini tak ubahnya seperti gelombang deras yang menghantam, lalu mengulung
pikiran yang semula tenang menjadi kacau. Ya, rasa-rasanya demikian, seabrek
pekerjaan yang meminta diri untuk diselesaikan.
Dan perasaan itu
pun akhirnya benar-benar menyebabkan kekacauan..
Saat janji untuk
bertemu pada pukul enam lebih tiga puluh pun kandas. Tidak ada hal yang
ditepati, selain dari pada rasa panik yang timbul karena waktu telah menunjukan
pukul tujuh lebih satu. “sial” pikirku kala itu, saat mendongak dan melihat layar gawai
yang sedari tadi bergetar namun tak berbunyi. Bodohnya, mode tenang
rupa-rupanya lupa aku matikan. Puluhan tanda panggilan tak terjawab pun
menumpuk, mengisi baris-baris pada layar gawaiku.
--Mas, di mana?
Saya sudah di kantor—
Begitu kira-kira
inti dari pesan yang ditulis. Selain dari pada tanda panggilan yang tak
terjawab. Ya, hari ini aku harus bertemu dengan Pak Hari, seorang rekanan kerja
yang harus aku damping, untuk keperluan pekerjaan pula, yang kebetulan berada di
pulau seberang, Nusa Lembongan.
Apa, ke Nusa
Lembongan? Tentu saja aku mengiyakan permintaan tersebut, setelah seorang teman
kerja berhalangan untuk mendampingi. Ya hitung-hitung sekalian jalan-jalan
meski tak berasa jalan-jalan jua, karena aku kesiangan!
Maka secepat
kilat aku menyambar kemeja dan celana jeans biru Panjang yang tergantung
semalaman di balik pintu kamar. Maklumlah, bagi anak kos bujang sepertiku, dua
malam, adalah batas waktu yang wajar untuk tetap menggunakan pakaian yang sama
seperti hari yang kemarin. Meski bau apek harus di samarkan dengan aroma-aroma
parfum yang sengaja aku semprotkan dengan brutal.
Sikat gigi tak
lupa kugosokan seperlunya. Gosok atas, gosok bawah, putar kanan, putara kiri. Yang penting mulut terasa segar itu sudah cukup.
Juga tidak lupa dengan sabun wajah yang cukup di ‘epek-epek’-kan saja di muka, yang
penting terlihat segar. Barulah, kugenjot motor supra hitam milikku yang tanpa
basa-basi, dengan kencang ia deras melaju menuju kantor.
Bila hendak berpergian, khususnya menggunakan moda tranportasi air sangat disarankan untuk makan terlebih dahulu sebelum berangkat. Utamakan yang mengenyangkan. Bila tidak, tentulah peristiwa mabok laut akan terasa nikmat-nikmat sedap, seperti yang saya alami ketika menyebrang dari pantai sanur menuju ke Nusa Lembongan. Kepala pusing, perut mual adalah momok yang pasti menghantui sepanjang perjalanan. Belum lagi, gelombang air laut yang sedang tinggi-tingginya, menambah perasaan kacau kala itu kian menjadi-jadi. Aduh kapok tidak sarapan!
Boat bersiap untuk menyebrang, Nusa Lembongan-Sanur Sumber: Dokumentasi pribadi |
Orang-orang dan Pantai Sumber : Dokumentasi pribadi |
Dan untuk menyeberang dari pantai sanur menuju nusa lembongan, saat itu kami menggunakan speed boat berkapasitas kurang lebih enam puluh orang, yang disediakan oleh salah satu operator yang bernama gloria. Dengan membayar Rp.130.000 per orang, kami sudah bisa menyebrang ke Nusa Lembongan pulang pergi. Boat berangkat pada pukul 09.00 Wita dan kembali ke pantai sanur pada pukul 15.00 Wita. Penyebrangan sendiri menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit.
Nusa
Lembongan memang Indah!
Meski masih merasa pusing dan mual, bahkan saat telah sampai di Nusa Lembongan, goncangan air laut yang menghantam kapal masih terasa di dalam kepala. Meski aku sendiri telah duduk dengan tenang. Untungnya, pemandangan pantai serta air laut Nusa Lembongan yang 'aduhai' sedikit mengurangi rasa pening di kepala yang aku rasakan. Air lautnya yang berwarna biru terang nan jernih, tentu saja membuat pasir putih menjadi berkilau-kilauan saat terpapar cahaya matahari.
Makan PopMie, nyambi liat laut. Sedap.. Sumber : Dokumen Pribadi |
Sialnya, aku tidak bisa jalan-jalan dan berlama-lama di sini, karena ini urusan pekerjaan dan bukan agenda liburan. Hehe sayang ya. Padahal menurut penuturan beberapa teman, masih banyak tempat di seputaran pulau Nusa Lembongan yang wajib untuk di kunjungi, seperti Devil tears, Blue lagoon, Yellow bridge dan Dream Beach.
Tapi aku
berjanji, kelak akan kembali ke Nusa lembongan untuk menjelajahi pulau yang
cantik ini untuk berlibur. Salam!
Saya belum sempat ke Nusa Lembongan, baru sebatas ke Nusa Penida saja.
ReplyDeleteUntung saat kesana juga ombaknya gak terlalu besar.
Tapi selama perjalanan saya memilih tidur sih daripada takut mual juga wkkwkw
Wah, kemarin saya juga sudah mencoba tidur bang. Tapi goyangan airnya itu lo.. bikin gurih-gurih sedap. Serius, gelombang air lautnya itu bikin serem, udah sempet mikir macem-macem. Tapi untungnya bisa pulang pergi dengan selamat. Salam sehat buat keluarga bang.
DeleteYa ampun, that's so beautiful. Melihat pasirnya berasa ingin guling-guling di situ, tapi pasti panas tuh. Wkwkwk... Berjemur ah, biar dikira bule. Eh...
ReplyDeleteKok bisanya mual? Padahal ada pemandangan bagus. Sarapan itu emang penting. Eh, aku yang kebal sama mabuk kendaraan baik darat, air, udara, ngerasa heran melihat orang-orang mual ketika perjalanan. Hihi...
Happy holiday Kak.
Wah kak Einid memang setrong. Ga mual sama sekali ya baik darat, laut, maupun udata. Jadi iri. Hehe. Tapi serius kak, Nusa Lembongan memang keren. Semoga Kak Einid ada waktu dan kesempatan ke sana. Oiya, salam sehat ya kak..
DeletePengen bisa melancong jauh nih, udah lama banget nggak ke mana-mana, udah ada ancang-ancang ke Bali / Lombok / Jogja. Eh, Corona melanda, akhirnya nggak dapet izin ke mana-mana karena keluarga khawatir.
DeleteIya mbak, mending di tahan dulu rencana ke mana-mananya. Pandemi gini riskan juga.
DeleteAku pernah naik perahu nyebrang sungai doang dan memang perut agak eneg sih, apalagi kalo nyebrang laut 30 menit, mungkin isi perut dikuras semua.😂
ReplyDeleteJadi Nusa Lembongan itu ada di Bali ya, kirain aku sebelah Nusa Kambangan.😆
Maklum ngga pernah ke Bali.
Iya mas, Nusa lembongan pulau sendiri yang terpisah dari pulau Bali. Dan di dekatnya ada salah satu pulau juga yang indah bernama Nusa Penida. Yang kata orang-orang ga kalah cakep
DeleteMantap, Mas Supriyadi. Serasa ikut menikmati perjalan ini. Tapi saya sangat menyesal. Saat ke Bali tahun 2008 tidak mendapat catatan apapun. Sebab, zaman itu saya belum aktif kembali menulis. Setelah fakum 30 tahun lebih. Semat pagi. Terima kasih telah berbagi.
ReplyDeleteIya ibu Nur, terimakasih telah berkunjung. Senang rasanya mendengar ibu telah aktif menulis setelah 30 tahun vakum. Semoga tetap menginspirasi Bu Nur, salam.
DeleteAstaga dari fotonya aja uda keliatan keren, wajar belum pernah kesana. Kata teman-teman pemandangan nya indah banget. Semoga bisa kesana secepatnya..
ReplyDeleteAmin, semoga ya bisa ke Nusa Lembongan
DeleteMantap nih ke pantai, dengar suara ombak itu menenangkan pikiran kalau liat laut terasa damai hehehe
ReplyDeleteBetul sobat, melihat laut dan pantai memang menenangkan. Apalagi diselingi debur ombak yang saling berayun saat disapu angin. Tenang.
DeleteTerimakasih sudah berkunjung, salam.
Mind blowing post
ReplyDeleteThanks my friend
DeletePantai berpasir, lalu lautan dan hembusan angin yang membawa aromanya....kok saya jadi rindu pantai pantai itu dulu
ReplyDeleteWah, harus di agendakan lagi mas. Oiya, covid. Salam kenal
DeleteTerlihat panas tapi biru muda lautnya indah banget ya Mas Supriyadi
ReplyDeleteKalau belom sarapan pas mau muntah serasa asin keluar semua setelahnya pahit, kalau sebelumnya ada isinya masih lumayan, kalau perut kosong emang sakit banget *pengalaman hehe
Betul mbak, mual itu ga enak kalau pas perjalanan jauh
Deletemungkin perut kosong tu. tu yang mudah dapat mabuk laut. btw cantik pantainya����
ReplyDeleteBetul kak, belum makan. Bangun tidur langsung berangkat. Haha. Adegan tidak untuk ditiru
Delete