Cerita Pendek ; Anak-anak Angin
Narto.
Derap kecil kaki mereka, tegas menjejak pada tepian aspal, yang penuh dengan kerikil dan semak ilalang. Sesekali Ijun, menendang satu dua kerikil itu, bergaya bak seorang pemain bola handal. Entah, Mungkin bisa saja gaya dari pemain Arsenal atau Liverpool yang ia tirukan.
Ah bukan, ternyata
dia suka denggan Manchester United!
“kau lihat ini,
tendangan maut Nistelroi, melambung tinggi!” sambil mengayunkan kaki menendang
salah satu kerikil itu. tentu saja, kerikil
yang tak seberapa berat itu mengelinding acak, kemudian terpental jauh ke dalam semak-semak.
“Kamu suka MU
to?” tanya Karyo pada Ijun, yang berhasil menghambur-hamburkan kerikil di
sepanjang jalan yang mereka lalui.
“Lha, iya. Kan
mas Pri di rumah sekarang lagi suka nyetel bal kalau MU main. Riyan Gik, dia
paling suka, apalagi jika ia sedang mengocek-gocek bola, wis pokoknya MU pol
lah mas Pri”
“Lho bukannya di
rumahmu tevenya masih semutan Jun?”
“Wah, ketinggalan
info kamu Yo, kan Ibuk baru kirim uang ke bulek buat beli teve. Makanya, teve
di rumahku baru” Balas Ijun, sambil panjang lebar menceritakan teve barunya
yang dibeli dari uang kiriman sang ibu, seorang perantau tekawe di luar negeri.
“Ibumu kirim
uang banyak ya Jun? wah, enak no bisa beli-beli. Aku juga dikirimi ibuku nanti.
Katanya buat beli gembot. Hadiah untukku karena naik kelas Jun, enak kan? Nanti
kalau sudah beli, kamu main ke rumahku
ya” balas Karyo tak mau kalah. Ia sama
dengan Ijun, ibunya pun seorang tekawe.
Sementara itu, Matahari
mulai tinggi merekah, dan derai angin perlahan mulai sunyi, yang hanya
menyisakan keheningan di sela dedaunan
dan semak ilalang.
Filia. Sumber : Pixabay |
Pun demikian, saat laju truk-truk pengangkut tebu sesekali lalu Lalang di sepanjang jalan. Juga dengan truk-truk pengangkut pasir yang berjalan pelan, berderat, seakan merintih pada setiap pasir basah yang mereka angkut. Tentu saja, mereka-merekalah sang penyambung asa bagi kehidupan warga dusun Selo. Selain pada pohon-pohon kelapa yang semakin menua dan tak tentu jua hasilnya. Dan merekalah, yang menjadi sandaran kuat bagi orang-orang dusun Selo untuk tidak meninggalkan kampung. Untuk tidak meninggalkan sanak-saudaranya.
Sementara itu
Narto mesam-mesem mendengar cerita kedua temannya. “ah, apa enaknya punya
barang baru? Masih enak ada Ibu di rumah.” Begitulah kira-kira benaknya
bergumam, sambil tak henti ia mendengar cerita dari Ijun dan karyo, yang
membual panjang lebar tentang luar negeri, uang dan gono-gininya. Bagi ijun dan
karyo, serta penduduk dusun Selo yang lain, menjadi tenaga kerja di luar negeri
adalah cara paling ampuh untuk mengentaskan segala macam masalah di rumah,
terkait dapur, SPP dan sekolah. Termasuk seabrek cita dan asa yang dimiliki
orang-orang di dusun Selo terkait kehidupan
yang layak. Yang harus mereka bayar dengan cara merantau ke tanah
seberang.
“Rumahmu rame
Narto, ada Hajat?” tanya Ijun pada Narto penasaran. Setelah mereka tiba di
depan rumah Narto yang berada tidak jauh dari persimpangan jalan.
“Gak ada hajat
tuh, masa ramai?” timpalnya balik. Narto
pun mendongak, melihat rumahnya. Tampak
di sana orang-orang dusun ramai menyinggahi rumah Narto. Beberapa orang membawa
baki, beberapa membawa daun pisang. Tentu saja, keramaian itu membuat Narto menjadi
bingung dan bertanya-tanya. “Ada apa gerangan” gumamnya.
“Ibu Sedo Narto“
Balas seorang kerabat, saat Narto baru saja tiba di selasar.
Bak dijatuhi bom
atom, siang itu pun Narto menangis sejadi-jadinya.
Kecoa, Kamar Kosong, Bulan dan Bintang.
kasihan narto ya, sudah seneng ibunya ga perlu jauhan kayak temen temenya yang ibunya para pAhlawan devisa negara, e ga taunya ibunya sedo alias wafat
ReplyDeletehal yang paling ditakutkan ketika pulang ke rumah mendapati rumah sudah ramai orang dan ternyata kita ga tau anggota keluarga ternyata telah meninggal dunia :'(
Iya kbk Mbul. Sedih bila kita berpisah dari orang-orang terkasih. Salam mbk mbul.
Deleteiya pokoknya sebisa munngkin selagi ortu masih ada mah dieman eman ya Mas, btw kenapa ttdnya agak bikin ngikik ya ada kecoa, kamar kosong bulan dan bintang :D
DeleteWah bener itu kak, kita harus sayang sama Ibu dan keluarga. Untuk TTDnya ada kecoa dan kamar karena di kamar ada kecoa. hehe. salam sehat kak
DeletePunya barang baru atau barang lama yang penting ibu tetap berada di rumah. Begitu pentingnya kehadiran sosok ibu dalam rumah tangga bagi anak-anak. selamat malam, ananda Supriyadi.
ReplyDeleteMalam juga ibu, benar memang. Ibu kita adalah segalanya. Hampa hidup tanpa ibu
DeleteKasihan Narto ya, udah senang ibunya di rumah saja mengikuti saran pemerintah, eh ternyata meninggal juga.
ReplyDeleteKalo daerah sini jarang yang kerja keluar negri jadi TKW atau TKI mas, tapi memang yang kerja di luar negeri uangnya banyak, bisa beli barang yang bagus.
Saya terinpspirasi waktu SD mas. Waktu SD banyak kerabat dari teman saya pergi merantau ke luar negeri. Rumah mereka bagus bagus, tapi sepi. Ga ada ibu atau bapak. Mereka hanya diasuh oleh keluarga mereka. Sedih.
DeleteMemang sisi negatifnya ya seperti itu kalo ada keluarga, misalnya istri pergi keluar negeri. Rumah bagus tapi sayangnya sepi karena jarang dihuni. Paling yang menunggu anak dan kakek neneknya.
DeleteLho, bapaknya kemana?
Bapaknya kawin lagi.๐๐๐
Hiya-hiya bapaknya cari ibu baru?
Delete*Eh, jadinya anak bakalan kehilangan sosok orang tua. Padahal orang tua penting dalam fase pembentukan karakter
ReplyDeleteCerita pendek yang mengharukan...๐๐
Mengkisahkan tentang beberapa anak2 kampung yang selalu hidup riang dalam kepolosan, Tanpa tahu arti sesungguhnya jerih payah yang kedua orang tuanya hadapi.
Tetapi meski begitu ada juga seorang anak yang selalu bersyukur karena bisa selalu terus berdampingan dengan ibunya...Meski pada akhirnya cobaan itu datang menimpa sang anak yang bernama Narto. Lalu kemana tempar Narto mengadu selanjutnya.๐คท♀️๐คท♀️๐ฅ๐ฅ
Iya, jadi kasihan dengan Narto. Sudah merasa paling beruntung, tapi tak tahu nasib, sang ibu oun harus berpulang. Kan, saya jadi sedih ceritanya
DeleteTenang kang, kan ada Satria yang bisa jadi tempat mengadu.๐
DeleteHaha bisa-bisa mas
Deletealahaiiii kesian dengan Narto. sy pula rasa simpati
ReplyDeleteBetul kak, kasian. Eh, saya jadi ingat Upin dan Ipin. Salam sehat kak anies
Deleteupin ipin okay saja walaupun kes covid semakin menggila sekarang di sini๐
DeleteWah, hati hati kak, selalu jaga kesehatan dan hati hati
DeleteThanks mas. Stay safe ya. Dah dapat vaksin ke?
DeleteHalo kak, saya sudah di vaksin, sesuai anjuran pemerintah dua kali dosis. Di Malaysia juga sudah vaksin?
Deleteso far setahu saya dah 27 juta vaksin diberi. turn saya minggu depan. 1st dose. oh ya, di indonesia guna vaksin brand apa ya?
DeleteIndonesia menggunakan vaksin Sinovac, Astrazeneca, Moderna, Pfizer, Novavac. Tapi sejauh ini yang paling banyak digunakan Sinovac dan Astrazeneca. Saya pakai Sinovac
Deletewahhh bagus2. nampaknya kita #SinovacClan give me 5! ;-)
DeleteYess #SinovavClan
DeleteJadi keinget beberapa murid dari les-lesan yang juga memiliki orang tua bekerja di luar negeri sih. Semuanya terlihat mudah buat mereka, tapi mereka katanya lebih rindu kedua orang tuanya. Selain itu, kasihan juga Narto, Kak.
ReplyDeleteIya kak. Sebenarnya cerita ini teringat masa saya sekolah dasar. Banyak teman-teman saya orang tuanya menjadi Tenaga kerja ke luar negeri. Teriakasih telah berkunjung kak, Salam sehat.
DeleteRumah fiksi hadir dan intip2 ๐
ReplyDeleteHiya, diintipin nih sama rumah fiksi. Thanks ya..
DeleteNarto :'(
ReplyDeleteJadi ingat dulu punya murid yang dari bayi ditinggal ibunya jadi TKW ke Arab, sampai dia SMA ibunya nggak pernah pulang. Dia tahu wajah ibunya cuma dari foto aja. Menelpon juga hampir nggak pernah selalu kirim surat saja alasannya nggak punya HP. Ternyata ada tetangga yang kebetulan juga jadi TKW di sana ketemu sama Ibunya muridku itu. Katanya Ibu itu sudah menikah dengan warga lokal dan sudah punya anak kemungkinan besar si Ibu lebih memilih tinggal di sana selamanya. Muridku akhirnya dengar cerita entah dari siapa, dia terpukul sekali. Sejak itu hampir setiap hari dia menangis. Baru berhenti ketika kami berhasil mendapatkan no hp ibunya. Muridku memaksa ibunya untuk pulang, dia meraung menangis di telpon. Akhirnya ibunya berjanji akan pulang. Benar ibunya menepati janji pulang kampung. Aku ke rumah muridku waktu ibunya datang karena muridku minta aku ketemu ibunya. Nyampe rumahnya muridku langsung meluk aku sambil nangis-nangis dia bilang, "Ira pikir dipeluk Ibu rasanya akan sangat menenangkan dan hangat, tapi ternyata nggak. Ira dan Ibu bertemu secara fisik tapi hati kami seperti tidak bertaut". Aku cuma bisa diam dan menenangkan diriku sendiri waktu itu, mau nangis juga.
Kan, saya bacanya malah nyari tisue. Sedih banget.
DeleteSalam singgah.. Sedih ceritanya.
ReplyDeleteThanks telah singgah, semoga berkenan
Delete