Merangkum kata-kata
Kata Tanya
Jadi bagaimana ? masih dalam kondisi yang sehat kan? Saya pun harap demikian.
Kembali lagi, ditengah kondisi Pandemi ini, kita dimintai untuk bersabar dan tidak pergi kemana-mana serta bertemu siapa-siapa, termasuk untuk bertemu dengan handai taulan di rumah. Ya, sedikit banyak saya pun bisa merasakan rindu yang terlanjur berkerak di hati masing-masing kita. Rindu yang tak lain dan tak bukan telah mengeras untuk orang-orang terkasih.
Rindu dan hati tak ubahnya adalah “sepasang kekasih” yang tahu kemana mereka harus pergi. Rindu tahu, sebab-musabab kenapa ia senantiasa melayang-layang pada ruang hati yang sepi. Ya, rindu adalah salah satu buah dari hati yang merasa kosong. Buah yang timbul karena mengingat Kembali memori-memori tentang sosok-sosok terkasih.
Ah, jadinya melow lagi kan?
Sudah-sudah, tak usah bersedih. Sebenarnya saya hanya ingin berbagi beberapa catatan kecil yang pernah saya tuliskan di laman media sosial saya, Instagram. Tentu saja kumpulan tulisan tersebut adalah buah dari berbagai macam rasa yang timbul dari hati saya, yang pernah juga mengalami apa itu rindu. Dan juga rasa dari hati yang lain, sedih maupun gembira.
Dan berikut adalah kumpulan-kumpulan kata itu, selamat menikmati.
Serakan kata di Kepala.
Pernah merasa aneh? Jika iya, Saya pun demikian. Entahlah kala itu tiba-tiba beberapa runut kata mengalir begitu saja dengan liarnya, iya di baris bait yang pertama.
(1) Lembayung Puan datang Tuan.
Lalu pergi bergandeng denganku,
Hilang
(2017)
Atau kalian pernah merasa kosong? Merasa dan mengiba kepada diri sendiri, serta bertanya kembali, tentang siapa dan untuk apa kita? Ah, sebuah pertanyaan klise.
(2017)
Aduh saya lupa memberitahu! Semester akhir dan skripsi adalah salah satu lakonnya! Ia yang menjadi sumber keresahan atas gambaran masa depan yang rasa-rasanya masih kelabu!
Amang si tua Bayan berlenggok menanti Puan.
Menjaga bakung di pekarangan,
Sesekali bersiul di sunyi malam
Malam.
(2017)
Menyayat dibalik senyum manis yang bertuba!
Iya, lagi-lagi masih gegara skripsi yang bawel beud.
Pada dinding kamar
Yang semakin membuatku tak nyaman
(2018)
Mendaki gunung, menelurusi goa dan memanjat tebing, rasanya membuka celah hati untuk Kembali berdiskusi terhadap diri sendiri. Yang tentunya menimbulkan tanya dalam diri terhadap manusia dan kemanusiaan. Belum lagi pada tahun 2017 dan akhir tahun 2018 saya memutuskan untuk turut menjadi relawan bencana di Banaran Ponorogo dan Palu, Sulawesi Tengah.
berTuhankan hati Nurani
tahukah kasih?
Begitulah sejatinya manusia
(2017)
(7) Ada macam-macam cara orang
membunuh bosan di ruang tunggu.
Ada yang sibuk bermain gawai
Ada yang sibuk membaca buku
Atau yang sekedar memandang jauh
pada orang-orang yang lalu-lalang
Dan ada juga yang sekedar memelas kasih
kepada orang tersayang didalam angan.
Namun sayang, kapal sebentar terbang.
Yang hanya menyisakan hati untuk ditinggal
Tanpa tahu, kapan untuk diambil.
(2018)
Dan Terkadang, bintang, angin, dan malam masih setia menemani kala pertanyaan-pertanyaan tentang hidup itu muncul.
Mengerutu karena cahayanya Sebagian padam,
Karena basah dan tertutup oleh cat gelapku.
“biar saja” kataku, biar hanya bulan yang elok malam ini.
(2019)
lewat celah pintu tanpa permisi
lalu diobok-oboknya seisi kamar
tanpa permisi.
Berantakan.
Entah apa yang dicari,
Kuharap ia tak mencarimu,
Yang kuselipkan pada lipatan pilu,
Sewindu yang lalu.
(2019)
Iya, cukup sembilan "Sempalan" puisi saja yang saya muat. Tak baik membuatnya sepuluh, karena sepuluh adalah sempurna yang hanya dimiliki oleh sang Esa (Ah, omongan ngelantur, padahal sebenarnya males aja nyariin puisi yang lain haha).
Dan selebihnya akan disambung pada tulisan yang lain, akhir kata terimakasih.
Sumber: Pixabay |
---Salam---
Very nice
ReplyDeletethanks my friend, for visit my blog. I will visit your blog to.
Deletekurang atuh mas dua lagi aja puisinya... tar jadi kesebelasan deh... haha.. :D
ReplyDeleteHehehe, siap. Ntar bisa ikut kompetisi dong. Terimakasih, salam sehat buat keluarga dirumah
DeleteKadang aku galau tapi kok tetap ngga bisa bikin puisi ya, mungkin ngga berbakat kali ya.😂
ReplyDeleteWah, galaunya kurang Mas Agus. Atau bisa sebaliknya, dibuat bahagia saja siapa tau bisa bikin puisi. semangat!
DeleteMas Agus kalo mau bikin puisi tuh jgn pas lg galau... soalnya saya aja kalo lg galau gak bs nulis puisi mas, bisanya malah ngupil... wkwkwk
Deleteayo mas agus bikin puisi juga, pasti ga kalah indah ☺
DeleteAyo Mas, selain nyerpen lucu mungkin bikin puisi jenaka oke
DeleteBaiklah aku coba bikin puisi, tapi jangan diketawain kalo jelek ya.😂
DeleteAni..
Ya Rhoma..
Kita sudah melangkah sejauh ini..
Iya Rhoma..
Tapi aku baru sadar kalo jemuran belum diangkat, padahal sebentar lagi mau hujan..
Kata Ani: Mendung tak berarti hujan mas...
DeleteHaha, kok jadi Rhoma mas Agus.
DeleteKerenn kakkk
ReplyDeleteWah, terimakasih Angel sudah berkunjung.
DeleteSalam
yang paling bagus kata katanya pas lagi kena bahaya laten asmara tuh...kayaknya pengalaman pribadi banget ini makanha total...sama satu lagi pas mumet skripsi hehehe
ReplyDeleteWah, sepertinya begitu Mbak Mbul. Pengalaman memang jadi ide utama nih untuk semua tulisan
DeleteCuman segitu puisinya. He he .... Selamat malam. Terima kasih telah berbagi kata indah nan menggoda. ananda Suriyadi.
ReplyDeleteTerimakasih ibu, sudah berkunjung. Iya nih puisinya hanya segitu. Salam sehat buat keluarga di rumah
DeleteVery nice post! Thanks,
ReplyDeleteYou're welcome my friends
DeleteKalo nulis2 puisi gini inget jaman msh SMA, hampir disela buku tulis ataupun buku cetak, selalu terselip kata2... :D
ReplyDeletebahkan di meja pun tak luput dari coretanku
Wah seru tuh, Saya juga pernah. Coret-coret meja, kayanya hampir semua meja jadi wadah curhat. Semacam risalah kawula muda yang lagi kesensem-kesensemnya. Salam
Delete