Kasur di bulan Desember

"Basah"

Whuss….

Suara angin tiba-tiba datang mengelitik ujung-ujung jari kakiku dengan dingin yang ia bawa. Talang air tentu saja mobat-mabit ­menari tak jelas, apalagi ia adalah selembar seng tipis, yang berisik tak karuan saat air hujan itu tiba.

Hujan, Air dan Basah
Sumber : Pixabay

Iya ini adalah balada si bulan desember! Desember yang selalu basah dan becek dimana-mana. Air menggenang di jalanan seperti kolam. Menyebalkan bukan? Belum lagi laju motor yang terpaksa berkurang karena enggan menjadi tersangka bila genangan air tersebut terciprat ke badan pengguna jalan yang lain.  Sekali lagi, menyebalkan bukan?

“Sudah ah, sini tidur lagi. Lagian hujannya masih belum reda” bisiknya lirih padaku.

Hmm, aku menghela nafas lagi, sambil mengeliatkan tubuhku pada kasur  enggap yang aromanya sudah tak karuan itu. Bahkan, bila  berniat menciumnya, aroma sup basi yang lupa dipanaskan kemarin sore pun bakalan menyeruak di hidungmu. Tapi entahlah, mantra apa yang ia bisikan padaku, yang bisa-bisanya  masih saja aku bermalas-malasan, menengkurapkan badan di atasnya.

kutenggok lagi waktu pada layar gawai, delapan lebih sepuluh. Sial dua puluh menit lagi jam kantor sudah di mulai! dan lagi-lagi, si kasur sialan ini masih saja mendekapku dengan mesra. Seolah-olah enggan untuk melepasku barangkali sekejap saja. Sialan! suara air yang bergemericik di luar sana  malah membuatku terbuai  bersama kasur sialan ini. Ah, aku benci tanggal tiga puluh satu!

 

-Selamat Tahun Baru-