menyela harapan dan mimpi kala pandemi corona
Dua ribu Dua Puluh vs Corona
Dua ribu dua puluh. Ku coret-coret lagi lembaran buku agendaku, yang berisi runtutan rencana serta impian dalam kurun waktu satu tahun kedepan, ya dua ribu dua puluh. Pena di tangan pun mulai menari keras, mengores acak pada buku yang bersampul kelabu itu, ya mencoret untuk melupakan.
Hanya sebagai Gimik. Sumber : Aku sendiri lah yang moto, mau ngandelin siapa lagi? |
Gagal, batal, berantakan bahkan tertunda. Tak ada satu pun rancangan dan rencana yang terlaksana pada dua ribu dua puluh. Meski bulan telah memasuki setengah dari perjalanan tahun ini. Rencana untuk untuk melanglang buana ke beberapa pulau, rencana untuk berguru pada saudagar kaya nan tenar pun urung jua di lakukan. Yang menyebalkan, perjanjian temu dengan dayang-dayang khayangan pun batal, buruk bahkan berakhir tragis. Ya jelas, urusan apa lagi kalau bukan perkara cinta. Ah manusia memang sebegitu lemahnya, payah juga.
coba baca ini juga :
Semua kegagalan rencana ini tidak lain dan tidak bukan di sebabkan oleh satu perkara, yang seluruh penduduk bumi pun akan setuju bahwa ia adalah penyebabnya. Ya, ia adalah CORONA (Covid-19). Si virus tengil yang menjadi pengacau atas seluruh rencana penduduk bumi, termasuk aku. Si virus yang muncul, konon bermula dari sebuah kota di China yang bernama Wuhan. Lantas menyebar dengan cepat ke seantero bumi termasuk Indonesia, hingga menjakiti beribu-ribu manusia di dalamnya.
Tak ada satu pun yang mengira, bahwa virus sekecil itu dapat merubah segala arah hidup. Ia merubah haluan-haluan serta rencana jutaan umat manusia. Dan mungkin, tidak hanya aku yang merasa gagal. Bisa jadi beberapa pemuda-pemudi atau para Manusia di luar sana merasakan hal yang sama. Mereka adalah pebisinis yang harus menelan kerugian berpuluh-puluh juta, ribuan karyawan yang terkena PHK, serta pedagang-pedagang kecil yang harus kehilangan penghasilan karena wabah yang melanda.
Dan jika kita menarik garis ke belakang terhadap semua ini, maka akan muncul sejumlah pertanyaan,
“mengapa Pandemi ini harus terjadi?”
“Bagaimana dengan rencana-rencana, anggan-angan, dan cita-cita?”
Atau dengan pertanyaan ini,
“bagaimana dengan hidup?”
Jika bertanya tentang hidup, tentunya aku akan menjawab, “biarlah hidup berjalan sebagaimana mestinya, biarlah poros waktu berputar pada takdirnya” Karena terhadap keadaan, sejatinya manusia telah diberikan kemampuan serta akal sehat untuk bertahan hidup, kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi. Entah dengan cara memulung di jalanan, mengais makan di selokan, atau bahkan menjadi bandit sekalipun.
ketiga hal diatas hanyalah salah satu contoh yang buruk, dan mungkin bisa kita lakukan untuk bertahan hidup disaat seperti ini. Akan tetapi bukan berarti kita boleh melakukannya. Selain akal sehat, sejatinya manusia juga dibekali dengan perasaa dan hati Nurani. Dimana ia yang akan berperan mengendalikan segala keinginan dan pikiran, yang bertentangan dengan kaidah manusia dan kemanusiaan, bahkan dalam situasi sesulit ini.
Kembali lagi pada anggan dan cita-cita. Lantas bolehkan ia turut memudar di saat seperti ini? yang kemudian hilang dan lenyap digerus oleh keadaan? Atau bolehkah kita simpan saja ia, harapan-harapan itu dengan melipatnya sekecil mungkin dan menyelipkannya pada setiap sekat dinding hati kita? membiarkan ia menjadi dingin , diam dan terlupakan, hingga lenyap terbawa sepi itu sendiri.
Jika boleh bersuara, tentunya aku akan berkata tidak! Pantang untuk memadamkan anggan, cita-cita bahkan mimpimu. Ia adalah oksigen yang akan tetap memberi nafas pada batin dan semangat hidupmu. Ia adalah belati dan api. Yang membuat kobaran semangat hidupmu tetap menyala dalam situasi pelik ini. Maka, sekali layar berkembang, pantang untuk surut ke belakang! Sekali cita-cita telah dikobarkan, pantang untuk menyerah! Mungkin pepatah itulah yang pantas untuk mengambarkan diri kita terhadap cita-cita kita sendiri dalam situasi sulit ini.
Jadi mari kita manusia yang hidup karena anugerah Yang Maha Kuasa, tetaplah memelihara mimpi dan cita-cita itu. Dengan tetap bersujud dan berdoa, serta selalu berusaha. Dengan satu keyakinan bahwa semua mimpi-mimpi itu akan terwujud, tepat pada waktunya. Semangat !
Salam !
tulisan ini dibuat oleh seseorang yang giat memelihara mimpi-mimpinya melalui tidur siang. Namun sayang, tidur siangnya sirna karena dewasa dan pekerjaan. Kasian. Lantas, teronggoklah mimpi itu seorang diri di dalam ruang kepalanya. 😎
Iya nih virus nya tengil.
ReplyDeleteBukan pemuda pemudi saja yang rencananya morat marit.
Emak emak macam saya nih sampai berurai air mata gagal merencanakan ngajak si thole nonton gajah ke kebun binatang
Semoga cepet usai yaa pandemi ini. And we'll draw another beautiful dreams
Iya nih, biar kecil corona ini tengil betul. Hancur semua rencana
Delete